Rabu, 16 Juni 2010

....tak kuasa menolak....

.....meski telah diperkirakan apa yang akan dibicarakan dan apa yang didiskusikan....
Entah kenapa....aku tak bisa bicara apapun.... aku tak bisa berbicara dan tidak bisa menyarankan agar kita tidak mengambil langkah itu ataupun keputusan itu untuk menyelesaikan persoalan ini...
Benar-benar tak berkutik.....tak dapat bersuara berbeda...malahan ikut serta dan setuju pada putusan itu...kenapa ?.....kenapa?
Padahal aku tahu apa hukumnya bila melakukan itu, aku tahu.....bahwa hal itu tidak akan menjamin bahwa urusan atau masalah ini akan selesai...... tapi tetap saja aku tak dapat bersuara... aku tak dapat bicara dan yang lebih menyedihkan lagi aku malah ditunjuk untuk menjadi koordinator wilayah..... innalillahi....musibah besar.... dan aku harus bertaubat....sebelum itu betul-betul terlaksana...
Ya.....Allah ternyata keimananku masih belum sempurna, keyakinanku atas KuasaMu masih tergoyahkan....aku masih merasa sungkan dan takut berbeda....tapi mungkin juga karena aku tak punya alternatif pemecahan masalahnya...
Kalau kubilang aku siap.....padahal juga tidak siap, dan masih banyak celah-celah yang bisa dijadikan peluru untuk menjatuhkan kami....
hhhhhh......aku bingung harus bagaimana.... ikuti arus atau menepi, dengan kondisi tak yakin apa yang aku lakukan telah sesuai.... ataukah ternyata banyak salah juga, atau.....????? entahlah
Mudah-mudahan apapun langkah yang aku, kami tempuh tak salah.... amien...

benar-benar aku tak kuasa menolaknya....

Minggu, 13 Juni 2010

....aurat...

Sesuai dengan fitrahnya, manusia merasa lebih nyaman untuk menyimpan rahasia atau privasinya dari jangkauan orang lain. Akan tetapi, seiring perkembangan Zaman dan teknologi banyak orang yang berubah "pikiran" menjadi lebih senang membuka rahasia agar diketahui orang lain.
Dalam Islam, privasi ini sangat dilindungi, dan kita setiap muslim diwajibkan untuk menjaga, menutupi dan menyimpannya. Privasi tertentu disebut dengan 'aurat'. Selain aurat yang berupa fisik (yang sudah kita hapal) juga ada aurat nonfisik, salah satunya adalah apa yang dilakukan oleh seseorang ketika melakukan hubungan suami istri.....Hal ini termasuk aurat...yang tidak boleh disiarkan dan dibuka..
Larangan ini sesuai dengan hadist Rasul, yang diriwayatkan oleh Ahmad, yang berbunyi " Jangan lakukan (bercerita tentang hubungan suami-istri), sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan dijalan, lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya"
Tentu tidak nyaman bukan dan juga menjijikkan sekali....
Apatah lagi menyebar luaskan dosa atau aib kita, tentu itu juga dilarang....
Karena ini menandakan bahwa orang itu bangga dengan dosanya serta terang-terangan menentang Allah.... dan Allah tentu takkan rela untuk mengampuninya..
Ini sesuai dengan sabda Rasul SAW " Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosanya kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa). Diantara itu adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian diwaktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dilakukannya, padahal Allah telah menutup aibnya. (HR Albukhari dan Muslim)
Selain menutupi dan menjaga aib diri sendiri, juga kita berkewajiban untuk menutupi dan menjaga aib sesama muslim.... dengan tidak memperbincangkannya (ghibah) juga tidak menyebarluaskannya dalam bentuk apapun, karena ghibah sama dengan "memakan bangkai saudara kita sendiri".... dan tidak ada sedikitpun keuntungan dan hal2 baik yang kita dapat dengan menyebarkan aib tersebut.... malah merugikan....membuat anak-anak kita penasaran dan berkembangnya seks bebas....
Wallahualam....
Semoga kita tidak termasuk orang2 yang suka mengumbar aib diri maupun orang lain......
semoga kita tidak termasuk orang yang suka memakan bangkai..... amien....

disarikan dari hikmah Republika hari sabtu tgl 12 Juni 2010, catatan M. Sahrul Murajjab


Jumat, 11 Juni 2010

Membuka Pintu-pintu Kedewasaan

....menjadi dewasa ternyata butuh keberanian, namun bukan berarti tidak ada jalan atau tanpa tahapan... Jalan menuju kedewasaan harus kita lewati, tahapannya harus kita lalui dan pintu-pintunya harus kita buka.
Mungkin saja ada orang yang lebih merasa nyaman hidup santai, tanpa peraturan, bebas, tak ada beban. Tapi sesungguhnya tanpa keberanian menjadi dewasa, hidup justru akan menjadi kerdil, penuh beban, kesulitan dan berbagai penderitaan lain.
Karena kedewasaan berarti mampu menentukan hidup sendiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertanggung jawab.
bagaimana membuka pintu-pintu kedewasaan itu.... :
1. Berdiamlah sejenak,tidak terburu-buru
Salah satu ciri kedewasaan ternyata adalah kemampuan berpikir dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak didominasi emosi. Dan potensi untuk berpikir sebelum bertindak ternyata dikaruniakan Allah pada semua manusia, juga semua makhluk ciptaanNya termasuk hewan. Hanya terkadang kita lupa, dan cenderung mengabaikannya bahwa itu adalah prinsip hidup. Berpikir sebelum bertindak...
Salah satu contoh ketidaksabaran adalah melakukan suatu pekerjaan dengan tergesa-gesa tanpa perhitungan dan pertimbangan yang masak.
Tips yang diberikan Pak Kasur (tokoh pendidikan) kepada istrinya untuk mengendalikan emosi adalah : "Cobalah menghitung dulu dari satu sampai sepuluh jika ibu ingin marah"
Setelah dicoba ternyata berhasil....baru hitungan ketiga saja kemarahan bu Kasur langsung hilang....patut kita coba... :)
2. Jangan takut tantangan, karena itu akan mendewasakan
Tak ada kematangan yang diperoleh dengan instan. Kedewasaan adalah puncak dari kekuatan hidup yang harus kita miliki untuk memberi makna dan arti perjalanan hidup kita. Jiwa ini perlu tantangan dan benturan. Dalam suasana benturan dan tantangan, munculah mujahadah atau upaya keras. Dari mujahadah akan muncul kualitas iman yang baik.
Kematangan berpikir dan kedewasaan dalam bersikap adalah hasil dari sebuah usaha yang kita lakukan terus menerus tanpa henti, yang teruji saat kita diterpa banyak musibah dan tekanan.
Saat kita diuji dengan musibah maka pintu memulai kedewasaan terbuka. Sikap kita dalam menghadapi musibah dan tekanan tersebut akan menunjukkan kedewasaan kita. Bila kita berhasil mengatasinya dengan baik sehingga kehidupan kita menjadi normal dan baik perjalanannya artinya....pintu kedewasaan telah mulai terbuka...

ada beberapa pintu lagi yang harus kita buka....untuk menuju kedewasaan....karena ternyata kedewasaan itu tak sejalan dengan bertambahnya umur.... harus kita cari dan harus ki ta buka... agar terasah....
Salah satu pintu yang paling penting.....adalah " mendekat dan terus mendekat pada Allah Ta'ala.....
Pembahasan pintu ini dan pintu2 yang lain....disimpan dulu y....
biar tidak terlalu panjang "note"naya....
smoga bermanfaat......
disarikan dari Tarbawi edisi 101 th 2005...

Sabtu, 05 Juni 2010

....aku sayang ibu...


"....aku sayang ibu...."
Tiba-tiba.....ungkapan indah itu meluncur dari bibir mungil putri kecilku.....
Dan aku terpana beberapa saat....tak tahu harus menjawab apa....bingung,senang, gembira dan takjub... benarkah kata-kata itu diucapkan oleh putriku....yang baru berumur tiga tahun....
Namun akupun langsung tersadar dan menjawabnya dengan kata-kata yang sama.... "aku juga sayang adek".....disertai memeluk dan menciumnya dengan gemas sekali....
ah...ternyata putri kecilku sedang belajar mengungkapkan isi hatinya.....
meski....ketika akhirnya kutahu....kata-kata itu dia adopsi dari VCD yang dia tonton.... tapi tak semerta-merta ia menirunya.... dia juga mengungkapkannya sepenuh hati dan melihat kondisi ibunya....ah....sayang ternyata kau telah belajar banyak nak....
Meski mungkin.....ibu tidak langsung mengajarimu....kau belajar dari sekelilingmu, dari apa yang kamu lihat, yang kamu dengar dan perhatikan.....ooo....subhanaLlah.... Kamu telah mandiri diusia 3 tahunmu....sayang....smoga engkau menjadi penyejuk hati ayah dan ibu... Pengangkat ayah-ibu dari 'kemurkaan Allah'.... Amien...
Aku sayang ibu.... ucapmu...
Ada sementara wacana...bahwa rasa sayang ataupun cinta itu tak perlu diungkapkan, cukup dibuktikan saja..... namun ternyata dengan suatu ungkapan tulus yang simpel ternyata dapat memberi kebahagiaan.... Terutama ungkapan sayang pada ibu, bapak atau anak kita...
Ini kurasakan sendiri saat putriku bicara "aku sayang ibu"..... duh bahagia sekali, semua kelelahan,pengorbanan dan amarahpun lenyap.... Ah sayang, aku tak sempat ungkapkan itu pada Mama alm, namun dengan menjadi ibu yang amanah, wanita soleh....mudah-mudahan menjadi amalan yang mengalir terus kepada Beliau....amien... I Love U Mom.... smoga kita semua dapat berkumpul disurgaNya Allah..... smoga ridha Allah selalu menyertai kita....

akupun sayang Papa dan Ibu....terimaksih telah menjadi orangtuaku....

Kamis, 03 Juni 2010

Berani Hidup Harus Berani Dewasa

Menjadi anak-anak adalah fase kehidupan.Tapi menjadi dewasa adalah keberanian. Maka berani dewasa bukan urusan usia -meski usia punya kontribusi- tapi ini soal sikap, soal memilih kadar yang mana dari kebahagiaan yang bertingkat-tingkat.
Berani dewasa adalah pilihan hidup yang tidak sederhana. Ini bukan semata soal bertambahnya usia. Tapi berani dewasa adalah sebuah keputusan sikap, sudut pandang,pikiran dan tindakan yang benar-benar didasarkan kepada kesadaran penuh. Serta kuncinya pada kematangan, kekuatan pijakan, tujuan akhir yang seterang matahari dipuncak siang (tujuan ihidup yang npasti). Yang menjadi ruh dasar dan fundamental adalah 'iman'. Proses berani dewasa adalah situasi demi situasi yang terbangun dari rangkaian sikap demi sikap,dalam menghadapi hidup ini. Disertai ketulusan demi ketulusan yang terwujud dari rangkaian hikmah dan renungan jiwa kita.
Berani dewasa adalah berani memutuskan bahwa tujuan hidupnya adalah nun jauh di akhirat nanti. Segala yang ada di dunia ini hanya perantara, pengantar, dan bukan segala-galanya.
Bila kita cermati.....hari ini begitu banyak orang-orang tua yang sangat terlambat menjadi dewasa (mungkin kita juga...? silahkan menilai diri...:) ). Banyak anak-anak muda yang tidak pernah berani untuk menjadi dewasa segera dan menyeberang dari arus kerusakan yang menhanyutkan anak-anak seusia mereka. Banyak laki-laki pengecut yang maunya enak sendiri bermain perempuan tanpa pernah berani dewasa untuk mengambil tanggung jawab penikahan. Dan lain sebagainya.
Orang-orang yang tidak berani dewasa bila miskin ia angkuh, bila kaya ia membunuh, bila bodoh ia menipu, bila pintar ia membuat makar,begitu seterusnya.....
Berani dewasa adalah keputusan jiwa yang sangat tidak sederhana. Sebab ia seringkali berada dalam situasi lahiriyah yang sangat kontras. Kita kanak-kanak, misalnya tapi kita harus tumbuh dalam kemengertian yang maju. Kita miskin, misalnya, tapi kita harus menuntun hati dan menekan kehendak-kehendak kemewahan yang tidak sampai. Kita kaya raya, misalnya, tapi kita harus memerangi keangkuhan dan naluri semena-mena yang dipicu oleh kekayaan itu. Kita punya keterbatasan,misalnya, tapi kita harus berjuangdan menggerakkan segala upaya agar kita menjadi sesuatu. Kita pintar dan bergelar, misalnya, tapi kita harus arif dan terus meyakini bahwa diatas yang bisa masih ada yang lebih bisa. Begitulah kedewasaan mengairi takdir-takdir jalan hidup kita dengan kejelasan arah,kejernihan sudut pandang,tetapi dengan vitalitas yang menyala.
Berani hidup harus berani dewasa. Hidup ini memang tidak mudah,tetapi alangkah tidak mudahnya hidup tanpa keberanian menjadi dewasa. Bahwa fase demi fase adalah kepastian. setiap usia punya jenjangnya,situasinya, sulit dan mudahnya. Tapi keberanian menjadi dewasa adalah keniscayaan yang dengannya kita lalui segala fase itu, kita kejar cita-ciita akhir kita,d dipuncaak penghajrapan akann "ridha Allah SWT".........
Mari untuk menjadi dewasa dengan kembali menentukan tujuan akhir hidup kita.....
Cita-cita kita....dan kembali pada tujuam penciptaan kita sebagai manusia 'makhlukNya'......

disarikan dari kajian utama majalah Tarbawi edisi 101 tahun ke 6, 2005