Rabu, 18 Mei 2011

Kata Terurai Jadi Laku

Kulitnya hitam, wajahnya jelek, usianya tua. Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya ?

Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikaji dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Suatu saat perempuan itu berkata padanya, “ Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri.”

Tapi lelaki itu malah menjawab, “ aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi. “

Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka kemudian dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luarbiasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, “ aku memutuskan untuk mencintainya, aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik. “

mmm….kenyamanan jiwa bisa membuat seorang pasangan lupa pada kekurangan fisik pasangannya… kebaikan-kebaikan yang terurai dalam laku…itulah cinta sejati, tak hanya sebatas pengucapan tapi juga pembuktian….

Begitula cinta ketika ia terurai jadi laku. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati…terkembang dalam kata…terurai dalam laku…

Kalau hanya berhenti dalam hati…itu cinta yang lemah dan tak berdaya

Kalau hanya berhenti dalam kata…itu cinta yang disertai kepalsuan dan tidak nyata

Kalau cinta sudah terurai jadi laku…itu cinta sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam laku…

Persis seperti iman…terpatri dalam hati, terucap dalam lisan dan dibuktikan dalam amal…

Silahkan dikaji lagi….dititik manakah cinta kita selama ini, sudahkan terurai dalam laku, atau hanya sampai dikata-kata…

Ternyata cinta yang kuat, hanya akan datang dari pribadi yang kuat, dan integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas.

Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai, yang harus menampak serta terwujud dalam laku setiap saat sepanjang kebersamaan.

Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini adalah member tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dilahirkan oleh perasaan cinta itu.

Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.

Cinta yang tidak terurai jadi laku adalah jawaban atas angka-angka perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita…

Smoga cinta kita telah terurai dalam laku kita, sehingga slalu memberikan kebajikan-kebajikan pada pasangan kita….dan dapat melanggengkan hubungan kita hingga di syurgaNya Allah swt…

dari catatan serial cinta Anis Matta

Selasa, 08 Maret 2011

Cinta Jiwa…butuh sentuhan fisik

“ Ya Allah, yang memperjalankan unta-unta, menurunkan kitab-kitab, memberi para pemohon, aku memohon pada-Mu agar Engkau mengembalikan suamiku yang telah pergi lama, agar dengan itu Engkau lepaskan resahku. Engkau gembirakan mataku. Ya Allah, tetapkanlah hukumMu diantara aku dan khalifah Abdul Malik bin Marwan yang telah memisahkan kami “
Do’a tersebut adalah do’a istrinya khalifah, yang dilantunkan setiap malam saat hatinya tengah dirundung hasrat dan rindu, saat cemas menanti karena suaminya telah lama pergi…meski sebenarnya untuk berjihad, tapi cinta tetaplah cinta. Walaupun untuk jihad, perpisahan selalu membakar jiwa dengan rindu.
Dan itulah salah satu tabiat yang membedakan cinta jiwa dari cinta misi; pertemuan jiwa dalam cinta jiwa hanya akan menjadi semacam penyakit jika tidak berujung dengan sentuhan fisik. Di sini rumus bahwa cinta tidak harus memiliki tidak berlaku.
Cinta jiwa bukan sekedar kecenderungan spiritual seperti yang ada dalam cinta misi. Cinta jiwa mengandung kadar syahwat yang besar. Dari situ akar tuntutan sentuhan fisik berasal. Atau disebut juga “passionate love”. Tanpa itu, cinta jiwa akan menjelma menjadi kerinduan yang membawa semua penyakit. Sebagiannya hanya akan berujung kegilaan. Seperti yang dialami Qais dan Laila.
Ini mengapa kita diperintahkan mengasihi para pecinta, supaya mereka terhindar dari cinta yang seharusnya menjadi energy lantas berubah jadi sumber penyakit. Maka sentuhan fisik dalam semua bentuknya adalah obat paling mujarab bagi rindu yang tek pernah selesai. Ini juga penjelasan mengapa hubungan badan antara suami istri merupakan ibadah besar, tradisi kenabian dan kegemaran orang shalih. Sebab, kata ibnu Qayyim dan Imam Ghazali, ia mewariskan kesehatan jiwa dan raga, mencerahkan pikiran, meremajakan perasaan, menghilangkan pikiran dan perasaan buruk, membuat kita lebih awet muda dan mempermudah hubungan cinta kasih. Makna sakinah dan mawaddah adalah ketenangan jiwa yang tercipta setelah gelora hasrat terpenuhi.
Cinta jiwa hanya dapat bersemi dalam perkawinan, atau dapat disebut juga cinta jiwa ini harus sampai di pelaminan. Karena tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Berdasarkan kisah istri khalifah… seorang istri shalehah saja, takkan kuat bila dirinya lama ditinggalkan oleh suaminya, meski untuk berjihad…apatah lagi bagi pecinta-pecinta yang tak sampai dipelaminan, maka energy cintanya akan menjadi sumber penyakit. Berdasarkan kisah Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan juga kisah di masa Umar bin khatab… berapa lama wanita bisa bertahan sabar untuk menunggu dan hasratnya tak terpenuhi…ternyata hanya enam bulan… Selain karena kerinduan dan hasrat, cinta jiwa akan menjadi lebih kuat atau menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, maka cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit…
Jadi…lupakan cinta jiwa bila takkan sampai dipelaminan, karena hanya akan menjadi penyakit. Cinta jiwa harus diakhiri, bila peluang menuju pelaminan tertutup. Karena hanya disana cinta yang ini abash untuk tumbuh bersemi, disinggasana pelaminan.
Dan mari kita perkuat cinta jiwa yang telah sampai di pelaminan, jadikan cinta itu semakin bermakna slalu hidup… sehingga memberi energy kebaikan bagi kita untuk dapat mempersiapkan generasi Rabbani…sesuai cita-cita awal kita membangun pernikahan… smoga..
Disarikan dari catatannya Anis Matta dalam majalah Tarbawi

Selasa, 15 Februari 2011

Empat tahun lalu

…hari ini Empat tahun yang lalu, dirimu hadir melengkapi kebahagiaan keluarga ini…

Menemani Ibu dan menjadikan posisi Ibu tidak lagi menjadi “yang paling cantik” di rumah ini. Kehadiranmu mewarnai kehidupan Ibu yang tengah tertatih-tatih berhadapan dengan tugas baru sebagai Kepala Puskesmas, dan juga beradaptasi di lingkungan yang baru…sebagai konsekuensi menjadi kepala puskesmas Cidahu, yang berarti tugas Ibu pindah dari Puskesmas Cicurug ke Puskesmas Cidahu, selain tempat kerja, rumah kitapun pindah…dan yang paling ‘mengesankan’ adalah dengan kepindahan ini…maka ibupun kehilangan khadimat yang telah lama menemani keluarga kita…

Bisa kamu bayangkan nak…betapa ‘berwarnanya ‘ hidup ibu saat itu… beradaptasi di tempat kerja baru, di lingkungan baru…dan mendapatkanmu…sebagai amanah utama ibu…mmm… tanpa punya asisten yang menetap….alhamduliLlah…repotnya saat itu… :)

Apalagi saat usiamu baru 2 minggu, ternyata Ayah sakit dan harus dirawat di RS…mmm…akhirnya untuk pertama kali kamu… ibu tinggal karena tak mungkin mbawamu ke RS… meski tidak bermalam….karena bagaimanapun dirimu masih tergantung pada Ibu…masih minum Asi… dan tak lama setelah itu…ibu kehilangan khadimat lagi… karena khadimat yang baru dan bersedia menginap harus pulang, terpaksa slama beberapa hari tak punya khadimat…karena masih cuti jadi tak bermasalah dengan pekerjaan di kantor…hanya mungkin energi ibu harus lebih banyak….he..he..

AlhamduliLlah…sahabat dan tetangga terbaik ibu…akhirnya merelakan khadimatnya untuk ibu, meski tak menginap…tak apalah…yang penting beberapa pekerjaaan rumah ada yang menggantikan, jadi ibu bisa konsentrasi kepadamu dan Aa alif yang masih berusia 3 tahun…

Saat ini…empat tahun berlalu, telah ibu dapatkan hikmah pembelajaran dari situasi tersebut… terutama pada ibu dan juga pada dirimu nak…

Meski kau anak bungsu dan satu-satunya perempuan, tapi kamu telah lebih dahulu mandiri… kamu tak manja oleh keadaaan… perkembanganmu dan kepintaranmu lebih cepat dibanding kaka dan aa, kamu dapat makan sendiri diusai 1 tahun dengan rapi dan bersih… kamu sudah dapat diajak bicara dan ngobrol nyambung di usia 2,5 tahun, sudah bisa bicara di telepon usia itu juga…. Dan saat ini, menjelang usia 4 tahun…kamu sudah bisa tidur sendiri dikamarmu sendiri…AlhamduliLlah…

Smoga kemandirian, kepintaran dan keshalehanmu….bisa menjadi bekal untukmu dalam menghadapi kehidupanmu nanti… karena dunia yang akan kamu hadapi tak sama dengan dunia yang Ibu hadapi kini, kehidupanmu pun masih panjang…smoga ibu dapat mendidikmu, membekalimu dengan semua bahan yang kamu butuhkan untuk hidupmu nanti….sebagai “Ibu” bagi anak-anakmu kelak… sebagai seorang muslimah sejati, sebagai “Istri” bagi suamimu kelak… dan yang terutama sebagai hamba Allah, yang senantiasa mengabdi padaNya… yang hanya berharap ridha dan barakahNya… tak ada yang lain… aamiin ya Rabbal alamin…

…selamat Milad anakku sayang Siti Nur Azizah Taufik… smoga slalu dalam lindungan dan bimbingan Allah swt… smoga dapat menjadi penyejuk mata dan hati Ayah dan Ibu, penyelamat kami di akhirat nanti… smoga menjadi muslim yang paling bermanfaat…sukses dunia akhirat… aamiin..